Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Ada seorang siswa lise setingkat madrasah aliyah yang diamanatkan kepada saya. Sekitar 2-3 jam kurang lebih pada hari ahad dan pada jam yang sama dia rutin datang ke apartemen tempat saya tinggal untuk belajar bimbingan. Dia masih kelas satu, bertubuh sedang, tingginya masih dibawah saya sedikit, memang cocok jika dia diamanatkan kepada saya. Karena rata-rata anak disini bertubuh besar dan tinggi, kalau yang tinggi yang diberikan kepada saya agak gimana gitu rasanya he…
Anak yang satu ini terlihat ceria, patuh, penuh senyum diwajahnya tidak menunjukkan jika ada sesuatu yang kurang dalam dirinya. Kalau di lihat dari postur tubuh pun layaknya anak-anak yang lain tidak menandakan sesuatu yang kurang. Mungkin jika kamu yang melihat langsung keadaannya bakalan tidak percaya kalau dia mempunyai sebuah keterbatasan atau kekurangan yang mencolok.
Umumnya dalam seminggu, setiap hari datang beberapa anak lise berbentuk grup. Satu grup ada kurang lebih 6 orang. Satu grup ikut belajar bimbingan dan menginap selama 2 hari. Tetapi untuk anak yang satu ini dalam seminggu hanya 2-3 jam saja.
Sebuah penyakit. Entah nama penyakitnya apa, waktu itu agak kurang faham karena bahasa saya masih belepotan untuk memahami kata-katanya yang cepat berbahasa Turki. Awalnya saya tidak percaya, tetapi ternyata memang begitu keadaan dalam dirinya.
Masalah makanan. Inilah problem yang dia miliki. Tidak semua makanan bisa atau boleh dia makan. Dulu diawal kedatangannya sempat kami bertanya tentang makanan apa saja yang tidak diperbolehkan. Makanan ini boleh nggak? Enggak. Yang ini? Enggak juga. Kalau yang ini? Itu juga nggak. Sampai hampir semua makanan yang biasa kami hidangkan dan kami ketahui namanya, hanya beberapa macam makanan saja yang diperbolehkan. Itupun khusus. Sempat kami bercanda juga, kalau air biasa boleh nggak? Dia tersenyum.
Saya juga punya nenek, Alhamdulillah masih bersama kami sekarang. Beliau mempunyai hal yang sama, yaitu begitu banyak macam makanan yang dilarang. Namun mungkin penyakit beliau bisa dibilang karena umur tuanya. Sedangkan anak ini masih kelas satu mungkin seumuran 15-16 tahun. Mungkin masih panjang perjalanan hidupnya. Wallahu a’lam.
Mungkin ini alasan pertama kami tidak mengajaknya tinggal beberapa hari. Kedua ternyata anak ini juga bekerja disebuah apotik, membantu melayani dan macem-macem.
Sebuah pelajaran penting dari cerita hidupnya, hari-harinya selalu ceria dan diiringi dengan senyuman. Adanya keterbatasannya tidak mengurungkan dirinya untuk tersenyum bahkan selalu tersenyum. Dalam sekolahnya pun berprestasi, juga mandiri bekerja disebuah apotik. Subhanallah…
Saya juga bertanya tentang keadaan rumahnya. Kedua orang tuanya pun memperhatikannya lebih dengan kasih sayang. Indahnya…
49. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Adanya kekurangan bukan menjadi sebuah halangan untuk berprestasi dan maju, itulah sebuah kesyukuran.
Adanya kekurangan bukan membuat hati begitu terlihat lemah, tetapi semakin kuat.
Adanya kekurangan bukan halangan untuk tersenyum mensyukuri apa yang ada.
Adanya kekurangan adalah kelebihan. Dengannya syukur bisa terasa nikmat dan terasa lebih indah.
Kahramanmaraş Turkey, 26 desember 2011
Abdul Aziz Mundzir
Bila aku harus mati, tolong cantumkan namamu ya di batu nisanku, agar selalu ada dirimu yg menemaniku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar