PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ditinjau dari sudut sejarah,
filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas
corak pemikiran yang dominan pada waktu itu.
Pertama, adalah zaman Yunani
Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya
perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna
menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya
gejala-gejala. Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta
dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris.
Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan,
ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada
masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama
Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan
sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama,
sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak
penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya.
Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para
filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka
corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris.
Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan
filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan
politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan
mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern
otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri.
Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh
kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu
adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang
bersifat absolut.
Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan
ciri pokok pemikiranlogosentris, artinya teks menjadi tema sentral
diskursus filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
ABAD
KLASIK
A. Masa Pra-Sokrates
Filsafat
di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun
bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat yang sesungguhnya.
Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup yang tidak
berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan
bagi periode sesudahnya.
Meskipun
Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak
terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya, sangat
dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan
Pythagoreanisme. Adapun filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates adalah:
1. Thales
(625-545 SM)
Dalam
sejarah filsafat Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia dalah satu
dari tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos dari
Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari Sparta, dan
Priandros dari Korinthos). Thales adalah filsuf dan ilmuwan praktis.
Sebagai
filsuf Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan: apa sala usul segala
sesuatu? Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air. Itu
merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam dan
kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari
mengamati bahwa kabut memberi kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas itu
sendiri berasal dari kelembaban.
Dia
juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air
merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin juga
dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando di
kalangan dewa-dewi.
2. Anaximandros
(611-545 SM)
Menurut
Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan nampaknya lebih
muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan
sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama dan utama itu
tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.
Kalau
perubahan, kelahiran dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran disebabkan oleh
konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda lain yang tidak
dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama dari segala benda
adalah To apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To apeiron itu
kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.
Anaximander
mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi silinder pendek.
Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkunagn bentuk-bentuk
hewan yang sekarang berevolusi.
Tentang
asal usul manusia Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya manusia dilahirkan
dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya, cepat menemukan
makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri membutuhkan waktu yang
panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat menjelaskan bagaimana manusia
bisa hidup dalam tahap transisi.
Jadi,
doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak
menunjuk unsur tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.
3. Anaximenes
(588-524 SM)
Menurut
Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin
sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau bernafas.
Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan jiwa kita,
yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul
seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi udara adalah prinsip dasar (urstoff) dari
dunia.
Udara
tak dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan perengangan.
Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih panas, dan cenderung
terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia menjadi lebih
dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin nyala dan
kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.
4. Pythagoras
(580-500 SM)
Tentang
Pythagoras tidak banyak diketahui. Yang pasti adalah bahwa Pythagoras mendirikan
sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada paruh kedua abad 6 SM.
Pythagoras sendiri dilahirkan di Samos, masih daerah Ionia. Iamblicus, salah
satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut Pythagoras antara lain
sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah kehidupan Pythagoras
seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes Laertius dinilai
sebagai roman dan bukan catatan sejarah.
Ajaran
tentang bilangan merupakan ajaran Pythagoras yang penting. Tapi, di pihak lain
filsafat methematico-metafisik ini sngat sulit dipahami. Yang penting,
Pythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika.
Sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.
Menurut
Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat
dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan
angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval music
antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya
harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung
pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things
are numbers).
Menurut
Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling api itu
beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari dan planet lainnya dan
akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap. Pythagoreanisme berpandangan
bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik serta bilangan. Ketika
mengelilingi api sentral tiap benda langit mengeluarkan bunyi yang sesuai
dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa dengan musik itu, sehinga kita
tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras sendiri telah mendengar music
jagad raya itu.
Filsuf-filsuf
lain yang hidup sebelum masa Sokrates, di antaranya:
1. Xenophanes
(570-480 SM)
2. Heracleitos
3. Parmenides
dan Melissus
4. Zeno
5. Empedocles
6. Leocippus
7. Para
filsuf Atomisme
B.
Masa
Sokrates
Perhatian
masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa sesudahnya, yakni
sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-faktor
penyebabnya anatara lain:
a.
Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat menjelaskan
pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat Pra-Sokrates juga tidak
mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan kejamakan (diversity)
b. Semakin besar minat terhadap fenomena
kebudayaan dan peradaban. Ini disebabkan pergaulan yang makin gencar antara
orang Yunani dan peradaban asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir. Menhadapi
kenyataan ini, para pemikr Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
seperti: apakah beragam kebudayaan nasional dan local, norma agama dan etis,
hanyalah konvensi atau tidak?
1. Kaum
Sofis
Ada
perbedaan antara filsafat Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya, perbedaan
itu ialah:
a.
Pusat perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia, peradaban dan kebiasaab
manusia. Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos, bukan makrokosmos. Manusia
mencapai kesadaran diri. Seperti kata Sophocles: “Ada banyak mikjizat di dunia,
tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari manusia”.
b. Sofisme
dan filsafat Yunani sebelumnya juga berbeda dalam hal metode. Filsafat Yunani
Pra-Sokrates memiliki metode deduktif, sedangkan kaum sofis menggunakan metode
empirico-induktif.
Pada
masa Pra-Sokrates, filsuf menetapkan prinsip umum, kemudian menjelaskan
fenomena fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut. Sebaliknya, kaum sofis
adalah ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak observasi dan fakta, lalu
menarik kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis.
Kesimpulan-kesimpulan itu sangat banyak dan berbeda sehingga orang bias jadi
bingung. Atau, setelah banyak tahu tentang berbagi negara dan kebudayaan,
mereka membuat teori tentang asal-usul peradaban atau asal bahasa.
c. Perbedaan
juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari kebenaran
obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis, bukan kebenaran
spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah menemukan kebenaran
,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya kaum sofis
mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan. Mereka adalah
professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan pengetahuan lalu
mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa, interpretasi penyair,
filsafat mitologi, agam dll).
Kaum
sofis sangat menonjol dalam berpidato, yang merupakan factor sangat penting
dalam kehidupan politik di Yunani kala itu. Di Yunani, agar bias berkecimpung
dala politik, orang harus pintar berpidato.
Adapun
tokoh-tokoh kaum filsuf sofis ialah Protagoras (481-411 SM), Prodicus, Hippias,
Gorgias (480-380 atau 483-375 SM), Thrasymachus, Chalderon, dan Anthipon.
2. Socrates
Ajaran-ajaran Socrates adalah
sebagai berikut:
1. Socrates
mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum (universals) yng bersifat
tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-hal partikular
dapat beragam, tapi defenisi tetap sama.
2. Socrates
mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif yang
dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan melalui
wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu, Socrates
bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan ketaktahuan.
Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap sampai akhrnya
mencapai definisi yang lebih lengkap.
3. Tujuan
dialektik bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh kebenaran.
Kebenaran itu bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam kehidupan yang
baik. Menurut Socrates, agar bertindak dengan benar, orang harus tahu apakah
kehidupan yang baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat dipelihara
semestinya lewat pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar. Pengetahuan
yang jelas akan kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar. Untuk ini
adalah tugasnya untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam bentuk
definisi yang jelas. Metode ini dinamakan mayetika.
4. Socrates
menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan dewa
padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling agung yakni
jiwa lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politikpun
tak dapat dilepaskan dari etika.
5. Etika
Socrates memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia, pengetahuan dan
kebajikan adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana, yakni orang yang
tahu apa yang baik, juga akan melakukan apa yang benar.
6. Socrates
mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa yang
betul-betuk baik bagi manusia, apa yang betul-betul dapat menghasilkan
kesehatan dan harmoni jiwa.
7. Dalam
ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah, pengetahuan akan
allah-allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya Allah
yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk
masalah monoteisme dan polyteisme. Menurut Socrates sebagaimana tubuh manusia
berasal dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga
merupakan bagian dari akal budi universal.
Pada
tahun 400 atau 399 Socrates diadili oleh para pemimpin demokrasi baru. Tuduhan
yang dibacakan di depan pengadilan raja Archon adalah bahwa:
1. Socrates
tidak menyembah allah-allah yang disembah negara, tapi memperkenalkan
praktik-praktik agama yang baru, dan
2. Socrates
merusak kaum muda. Atas kesalahan-kesalahan tersebut Socrates dituntut hukuman
mati.
3. Plato
Plato
adalah salah satu filsuf terbesar di dunia. Lahir di Athena dari keluarga
terpandang, ayahnya Arston dan ibunya Perictione. Menurut sejumlah sumber, nama
aslinya adalah Aristocles. Nama Plato baru diberikan sesudahnya karena ia
memiliki sosok fisik yang kokoh kuat.
Plato
menjadi murid Socrates ketika ia berusia 20 tahun. Tapi perkenalan Socrates
pasti lebih awal. Plato pernah mengunjungi Italia dan Sisilia ketika berusia 40
tahun. Konon ia juga pernah mengunjungi Mesir, tapi cerita ini belum bisa
diterima oleh sebagian pengamat. Plato pernah dijual sebagai budak kepada
Aegina atas perintah Dionysius I, Tiran dari Syracuse.
Adapun
ajaran-ajaran terpenting dari Plato adalah:
1. Dua
Dunia
Plato mengajarkan tentang dua dunia,
yakni dunia idea dan dunia materi. Dunia idea bersifat tunggal, permanen/tidak
berubah, kekal. Dunia jasmani bersifat jamak, berubah-ubah dan tidak kekal.
2. Jiwa
Jiwa
adalah suatu adikodrati, berasal dari dunia idea, tidak dapat mati, kekal. Jiwa
terdiri dari tiga bagian (fungsi), yakni rasional (dihubungkan dengan
kebijaksaan), kehendak (dihubungkan denag keberanian), dan bagian keinginan
atau nafsu (dihubungkan dengan bagian pengendalian diri.
3. Negara
Ajaran
tentang negara merupakan puncak filsafat Plato. Menurut Plato tujuan hidup
manusia adalah eudaemonia(hidup yang baik). Agar supaya hidup baik, orang harus
mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu bukan soal akal semata-mata, tapi
seluruh diri manusia. Akal harus mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak
berdaya dan harus didukung perasaan-perasaan yang lebih tinggi. Jalan kea rah
sini adalah kesenian, sajak, music dan sebagainya. Tujuan pendidikan tercapai
kalau ada negara yang baik. Sebab manusia adalah makhluk social yang memerlukan
negara.
Dalam
satu negara ada tiga golongan, yakni:
1.
Para penjaga, yakni orang bijak (filsuf) yang mengetahui apa yang baik.
Kebajikan mereka adalah kebijaksanaan.
2.
Para prajurit yang menjamin keamanan. Kebajikan mereka adalah keberanian.
3.
Rakyat jelata seperti petani, tukang dan pedagang. Kebajikan mereka adalah
pengendalian diri.
4. Aristoteles
Aristoteles
lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Macedonia.
Ketika berusia 18 tahun ia belejar filsafat pada Plato di Athena. Setelah Plato
meninggal, ia mendirikan sekolah Assos. Ia kemudian kembali ke Macedonia dan
menjadi pendidik pangeran Alexander Agung. Ketika Alexander Agung meninggal
pada thun 323, timbullah huru hara. Aristoteles dituduh sebagai penghianat. Dia
lari ke Khalkes dan meninggal dunia di situ pada tahun 322.
Adapun
ajaran-ajaran Aristoteles ialah logika, filsafat alam, psikologi, biologi,
metafisika, etika, politik dan ekonomi.
Tentang
logika, ia mengajarkan proses pengambilan kesimpulan yang disebut silogisme,
yang terdiri dari pernyataan dalam bagian mayor (dalil umum), minor (dalil
khusus), kesimpulan.
Aristoteles
menyebut jiwa dengan psykhe. Menurut Aristoteles, bukan hanya manusia yang
mempunyai jiwa, tapi semua yang hidup mempunyai jiwa.
Aristoteles
menolak dualisme Plato. Karena menurut dia, jiwa dan tubuh adalah dua aspek
berbeda dari substansi yang sama yakni manusia. Pada manusia tidak ada dua
substansi seperti pada ajaran Plato.
Menurut
Aristoteles, jiwa akan binasa pada saat kematian badan. Jiwa manusia, seperti
jiwa tumbuhan dan hewan, tidak bersifat kekal.
5. Masa
hellenisme dan Romawi
Di masa ini muncul beberapa aliran,
terpenting di antaranya adalah:
1.
Stoisisme didirikan oleh Zeno dari Kition. Menurut Stoisisme, jagad raya
ditentukan oleh logos atau rasio. Maka segala sesuatu yang terjadi di alam
semesta berlangsung menurut ketetapan yang tak dapat dihindarkan. Etika
Stoisisme bersifat kejam, karena manusia tidak dapat menghindarkan segala
malapetaka.
2. Epikurisme
didirikan oleh Epikuros. Inti ajarannya adalah bahwa manusia harus menggunakan
kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tapi agar keadaan
batin seimbang dan tenang, orang harus menjadi bijaksana. Bersikap bijaksana
adalah bersikap membatasi diri dan mengusahakan kesenangan rohani.
3. Skeptisisme
dipelopori oleh pyrrho. Tapi ini bukan suatu aliran dengan pengikut-pengikut
tertentu, melainkan hanya merupakan tendensi umum dalam masyarakat.
4. Eklektisisme
adalah kecenderungan mendamaikan berbagi unsur yang berbeda. Ini juga merupakan
kecenderungan umum pada masyarakat, khususnya kaum elit. Seorang yang dikenal
denagn eklektis adalah ahli pidato Cicero dan Philo.
2.
ABAD PERTENGAHAN
A.
Masa Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau
bapak, yang artinya para
pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas atau
golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang
beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang
menerimanya.
Bagi mereka yang menolak, alasannya
karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan
tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari
filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya ber anggapan bahwa
walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada
jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja
(tata cara berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai/menerima filsafat
Yunani diperbolehkanselama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan
dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang
menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang‑orang Kristen yang menolak
filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut
menyangkal, bahwatuduhan tersebut
dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak
filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan
dengan Tuhan.
Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama
Kristen, yaitupara apologis (pembela iman Kristen)
dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat
Yunani. Parapembela iman Kristen tersebut
adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa,
Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus
B. Masa
Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat
yang berasal dari kataschool, yang berarti
sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik
merupakan corak khas dari sejarah.filsafat abad pertengahan.
Terdapat
beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.
a. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-
mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang
religius.
b. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau
filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat
ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tsb kemudian muncul
istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dll.
c. Filsafat Skolastik adalah suatu
sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan
ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan
akal.
d. Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipe
ngaruhi oleh ajaran gereja.
Filsafat Skolastik ini dapat
berkembang dan tumbuh karena be berapa faktor berikut :
1.
Faktor religious
Faktor
religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan
lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka
beranggapan bahwa hidup di dunia ini
suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan
negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang
menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya
(surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena
manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang
dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan
berperan sebagai pembebas dan pemberi
bahagia. la akan memberi pengampunan sekaligus meno longnya. Maka, hanya dengan
jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat
mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan
dasar pemikiran filsafatnya.
2.
Faktor ilmu pengetahuan
Pada
saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh
biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan
Yunani.
Masa Skolastik terbagi menjadi empat periode, yaitu:
1.
Skolastik Awal
Sejak
abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7
dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi
serangan terhadapRomawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut
runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru
pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742
- 814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan,
termasuk kehidupan manusia serta
pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah
pemikirannya berbeda sekali dengan
sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman baru bagi
bangsa Eropa. Hal ini ditan dai dengan skolastik yang di dalamnya banyak
diupayakan pengem bangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya
skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya
sampai berpengaruh ke Jerman dan
Belanda.
Kurikulum
pengajarannya meliputi studi duniawi atauarses liberales, meliputi tata
bahasa, retorika, dialektika (Seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu
perbintangan, dan musik. Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805),
Johannes Scoter Eriugena (815 - 870), Peter Lombard (1100 - 1160), John Salis
bury (1115 - 1180), Peter Abaelardus (1079 - 1180).
2. Skolastik Puncak
Masa ini merupakan kejayaan skolastik
yang berlangsung dari tahun 1200 - 1300 dan masa ini juga disebut masa
berbunga. Masa itu ditandai dengan
munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo,yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu
pengetahuan, juga peranan universitas sebagai sumber/pusat ilmu dan kebudayaan.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik
mencapai pada puncaknya.
a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu
Rusyd, Ibnu Sina sejak abad
ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu
pengetahuan yang luas.
b. Tahun 1200 didirikan Universitas
Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater
inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di
Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
c. Berdirinya
ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu
pengetahuan sehinggamenimbulkan dorongan
yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pads abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi,
seperti Albertus de Grote,
Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
3. Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap
segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga
memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah
William Ockharn (1285 - 1349), Nicolas
Cusasus (1401-1464).
4. Skolastik Arab
(Islam)
Dalam
bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarang
dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam
atau filsafat Islam. Dalam pembahasan antara
ilmu kalam dan filsafat Islam biasanya dipisahkan.
Tokoh-tokoh yang
termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada
masa skolastik), yaitu Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar
sekali, yaitu sebagai berikut.
a. Sampai pertengahan
abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles
sehingga yang dikenal hanya buku Logika Aristoteles.
b. Orang-orang Barat itu
mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari
Ibnu Rusyd sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru
terbesarPara ahli pikir Skolastik Latin.
c. Skolastik Islamlah yang membawakan
perkembangan Skolastik Latin.
Tidak hanya dalam pemikiran filsafat
saja, tetapi para ahli pikir Islam tersebut memberikan sumbangan yang tidak
kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli pikir Islam
sebagian menganggap bahwa filsafat
Aristoteles benar, Plato dan Al-Qur’an benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara
agama dan filsafat.
Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke
Eropa yang merupakan
sumbangan Islam paling besar.
Dengan demikian, dalam pembahasan
skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:
a. Periode Mutakallimin (700 - 900);
b. Periode Filsafat Islam (850 - 1200).
3. ABAD
MODERN
A.
IDEALISME
Idealisme
adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini
terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis
dengan Itu. Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan
sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk
ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah
yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Adapun tokoh-tokoh Idealisme
adalah :
1. Plato (477 -347 Sb.M)
2. B. Spinoza (1632 -1677)
3. Liebniz (1685 -1753)
4. Berkeley (1685 -1753)
5. Immanuel Kant (1724 -1881)
6. J. Fichte (1762 -1814)
7. F. Schelling (1755 -1854)
8. G. Hegel (1770 -1831)
B.
MATERIALISME
Materialisme
merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi
atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Pada abad pertama masehi faham
Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad
pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham Materialisme ini. Baru pada
jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut
yang penting di Eropah Barat. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme
tumbuh subur di Barat. Faktor yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa
dengan faham Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil
ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak
memerlukan dali dalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas
berpegang pada kenyataan kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti. Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang
keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham
Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang
sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Adapun tokoh-tokoh Materialisme adalah
:
1. Anaximenes ( 585 -528)
2. Anaximandros ( 610 -545 SM)
3. Thales ( 625 -545 SM)
4. Demokritos (kl.460 -545 SM)
5. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
6. Lamettrie (1709 -1715)
7. Feuerbach (1804 -1877)
8. H. Spencer (1820 -1903)
9. Karl Marx (1818 -1883)
C.
DUALISME
Dualisme
adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam
hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani.Kedua macam hakekat itu
masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara
keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam. Contoh yang paling jelas tentang
adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri manusia. Adapun
tokoh-tokoh Dualisme adalah :
1.
Plato (427 -347 Sb.H)
2. Aristoteles (384 -322 Sb.H)
3. Descartes (1596 -1650)
4. Fechner (1802 -1887)
5. Arnold Gealinex
6 .Leukippos
7. Anaxagoras
8. Hc. Daugall
9. A. Schopenhauer (1788 -1860)
D.
EMPIRISME
Empirisme
berasal dari kata Yunani yaitu “empiris” yang berarti pengalaman inderawi. Oleh
karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai
sumber utama pengenalan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman
lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut
pribadi manusia.
Pada
dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme
mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan
inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme
berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan
inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Adapun
tokoh-tokoh Empirisme adalah :
1. Francis Bacon (1210 -1292)
2. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
3. John Locke ( 1632 -1704)
4. George Berkeley ( 1665 -1753)
5. David Hume ( 1711 -1776)
6. Roger Bacon ( 1214 -1294)
E.
RASIONALISME.
Rasionalisme
adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide
yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman
Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke
XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan
yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran. Ternyata,
penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu
pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu
alam. Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut orang-orang yang
Terpelajar Makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran
tentang hidup dan dunia. Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian kedua abad
ke XVII dan lebih lagi selama abad XVIII antara lain karena pandangan baru
terhadap dunia yang diberikan oleh Isaac Newton (1643 -1727). Adapun
tokoh-tokoh Rasionalisme adalah :
1. Rene Descartes (1596 -1650)
2. Nicholas Malerbranche (1638
-1775)
3. B. De Spinoza (1632 -1677 M)
4. G.W.Leibniz (1946-1716)
5. Christian Wolff (1679 -1754)
6. Blaise Pascal (1623 -1662 M)
F.
FENOMENALISME
Secara
harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa
Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang
Fenomenalisme suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu positif
yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum-hukum
dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Fenomenalisme adalah
suatu metode pemikiran, “a way of looking at things”.
Inti dari Fenomenalisme adalah tesis
dari “intensionalisme” yaitu hal yang disebut konstitusi. Menurut
Intensionalisme (Brentano) manusia menampakkan dirinya sebagai hal yang transenden,
sintesa dari objek dan subjek. Manusia sebagai entre au monde (mengada pada
alam) menjadi satu dengan alam itu. Adapun tokoh-tokoh Fenomenalisme adalah :
1. Edmund Husserl (1859 -1938)
2. Max Scheler (1874 -1928)
3. Hartman (1882 -1950)
4. Martin Heidegger (1889 -1976)
5. Maurice Merleau-Ponty (1908
-1961)
6. Jean Paul Sartre (1905 -1980)
7. Soren Kierkegaard (1813 -1855)
G.
INTUSIONALISME
Intusionalisme
adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan)
adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.Intuisi termasuk salah satu kegiatan
berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran.Jadi Intuisi adalah non-analitik
dan tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan sering bercampur
aduk dengan perasaan. Adapun tokoh-tokoh Intusionalisme adalah :
1. Plotinos (205 -270)
2. Henri Bergson (1859 -1994)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar